Monday, June 25, 2007

Ikan-ikan diantara pulau

Suatu waktu ditengah perjalanan menyebrangi lautan dari suatu pulau ke pulau yang lain.
Ada salah seorang penumpang kapal yang sedang menghabiskan waktu sambil memancing seiring perjalanannya menuju tujuan diseberang sana.

Penumpang : Belum terlihat juga daratan di depan, kapten masih jauhkan perjalanan ini ? (sambil mengeraskan suara).
Nahkoda : Masih jauh bung (dengan suara sedikit keras juga)
Penumpang : Kalau begitu saya dapat melanjutkan memancing ikannya (berucap pelan) - sambil melemparkan kail mata pancingnya kembali

tak lama kemudian penumpang tersebut terlihat menarik-narik alat pancingnya seperti telah mendapatkan seekor ikan, kemudian memutar alat pancingnya sambil melihat hasil tangkapannya namun setelah mengamati ikan hasil tangkapannya beberapa saat ia melepasnya kembali dan melanjutkan kegiatan memancingnya, kejadian itu terjadi beberapa kali hingga menyita perhatian nahkoda kapal. Nampaknya nahkoda kapal penasaran terhadap kelakuan penumpang itu, ia pun menghampiri penumpang itu dengan sedikit berbasa-basi

Nahkoda : Hallo bung, apa yang sedang anda lakukan
Penumpang : Oooo ada apa kapt. ? (sedikit menoleh sambil berkonsentrasi memancing)
Nahkoda : Tidak apa apa saya hanya heran dengan perilaku anda. Di kala waktu rehat tadi saya secara tidak sengaja memerhatikan kegiatan anda.
Penumpang : Memang ada apa kapten sampai-sampai perhatian anda bisa tersita kearah saya ?
Nahkoda : Ya anda secara tidak langsung duduk didepan sisi hidung kapal sedangkan saya sedang melakukan navigasi di ruang kemudi yang berada dibelakang anda sehingga kegiatan anda mau tidak mau terlihat.
Penumpang : Ya lantas apa yang membuat anda seperti bertanya-tanya terhadap apa yang saya lakukan
Nahkoda : Hmmm kenapa saya liat dari tadi anda memancing kemudian mendapatkan ikan dan setelah itu melepasnya kembali dan kejadian itu terjadi berulang kali ?
Penumpang : Oooo itu yang membuat anda seperti penasaran ? (sambil sedikit tersenyum)
Nahkoda : Yaa .. kurang lebih seperti itu
Penumpang : Begini kapt. alasan pertama saya adalah menurut saya ikannya kurang bagus sehingga saya kurang tertarik, alasan kedua ada ikan yang membuat saya tertarik tapi sudah ada tuannya, dan ....
Nahkoda : Sebentar ikan ada tuannya ? (memotong pembicaraan). Anda ini lucu, ini laut bung semua masih bisa memiliki, semua masih hak milik Tuhan.
Penumpang : Ya, tapi saya merasa tidak layak mengambil sesuatu yang bukan hak saya.
Nahkoda : Lagipula darimana anda menilai bahwa suatu ikan tersebut ada pemiliknya atau tidak ? ikan itu tidak dapat mengatakan sesuatu bung
Penumpang : Dari bekas luka di sirip dan mulutnya akibat umpan yang pernah dimakan, menandakan bahwa sudah ada yang pernah memancingnya sebelumnya.
Nahkoda : Tapi kalau sudah ada pemiliknya ikan tersebut tentu tidak akan ada di laut ini lagi bung, pasti sudah diambil oleh pemiliknya.
Penumpang : Anda serius sekali menanggapinya (sambil tersenyum). Sehingga banyak pertanyaan di kepala anda kapt. , anggap saja saya masih mencari yang lebih bagus. Yaaa... anggap saja seperti itu sehingga tidak membuat anda penasaran.
Nahkoda : Hahahaha, memang anda membuat saya penasaran dengan keanehan anda.
Penumpang : Hahaha saya memang aneh kapt. (mereka tertawa bersama)
Nahkoda : Lalu bagaimana dengan ikan yang sudah anda lepas tadi ?
Penumpang : Biarkan saja, kalau dia ingin bersama saya nantipun umpan itu akan dimakannya kembali, mata pancing itupun masih tetap disitu, saya tidak akan mengarahkan mata pancing itu untuk menangkapnya.
Nahkoda : Mengapa begitu ?
Penumpang : Hahahahha anda sepertinya masih penasaran. Karena masih banyak ikan tak bertuan kapt. , tak akan habis juga ikan di laut ini.
Nahkoda : Tetapi pasti ada ikan yang ingin kau dapatkan ?
Penumpang : Memang ... ada beberapa tipe ikan tertentu yang ingin saya pancing, saya bisa tertarik dengan siripnya, dengan ekor atau dengan warnanya.
Nahkoda : Begitu rupanya, bagaimana kalau anda telah sampai di pulau seberang namun belum mendapatkan ikan yang anda inginkan ?
Penumpang : Ya tidak mengapa, karena tujuan saya kali ini menyebrang ke pulau di depan sana
mencari ikan hanya sambilan mengisi waktu hingga sampai ke tujuan saya.
Nahkoda : Tentu hasrat anda untuk mencari ikan akan kembali timbul jika itu merupakan bagian dari kesenangan hidup anda. Bagaimana jika itu terjadi ?
Penumpang : Saya akan kembali memancing tetapi dengan tujuan mencari ikan saja, dan itu akan menjadi tujuan utama saya.
Nahkoda : Bagaimana dengan harapan-harapan anda ? anda pasti menaruh harap tentunya.
Penumpang : Tentu ada kapten, tapi saya tak pernah meletakan harapan yang besar pada sesuatu, harapan-harapan besar yang ada saya tumpangkan pada Tuhan saja, karena disitu semuanya jelas.
Nahkoda : Hmmm ... (menghela nafas) memang benar, tak akan ada kekecewaan didalamnya. Baiklah kalau begitu saya akan kembali untuk menjadi navigator kapal ini, senang berbincang dengan anda (seraya pergi dengan membelakangi orang itu). Orang yang aneh (berbisik diiringi desiran angin laut). Semoga berhasil bung (berucap lantang)
Penumpang : Terima kasih kapten (sambil tersenyum sedikit lebar dan melanjutkan kegiatannya)

Monday, June 04, 2007

Seutas benang tajam

Ada sebuah analogi yang tersirat mengenai dirimu
Jika kuibaratkan sebuah benda yang sedikit mirip dengan sifatmu adalah seutas benang tajam
Tipis, terlihat rapuh namun tajam seperti halnya sebuah pisau atau gunting yang terasah, mampu tuk memotong benda-benda yang terlihat sedikit lebih kokoh dari wujudnya
Memang wujud tak melambangkan sifat, namun sifat menunjukan identitas dan karakter
Ya... sifatmu itu kental dan lekat sekali pada dirimu
Terlihat dari sikap dan tingkah lakumu
Sungguh bertolak belakang dari wujudmu
Tapi tak apa, yang terlihat tak harus sama dengan yang terpikir
Tuhan punya maksud tuk menurunkanmu
Dan aku sangat menghargai itu
Tapi ingat janganlah terlalu tajam
Semakin kau tajam maka bersamaan dengan itu dirimu kan semakin terkikis
Dan semakin kau terkikis dirimu kan rapuh dan putus
Layaknya seutas benang yang semakin tajam maka akan semakin tipis
Semoga kau mampu menjaga konsistensimu
Tidak terlalu tajam dan tidak pula menumpul
Selamat berjuang

Salam